Kamis, 31 Mei 2012

Seekor Tikus Yang Menggelepar



Manusia diciptakan Alloh dengan segala potensi yang ada. Mereka diberi akal , diberi jasad dan hati. Jika kita renungkan sejenak, tentunya manusialah yang paling beruntung. Anda setuju bukan? Tapi, apakah keberuntungan itu akan membawa kebaikan pula pada ciptaan Alloh lainnya? Jawabannya adalah  t e r g a n t u n g. Tergantung orangnya.
Adalah Abu Hurairoh, sang pecinta kucing. Tidak pernah lupa memberikan makanan untuk kucing kesayangannya itu. Ada dari kita yang menyayangi binatang, dari binatang  jinak sampai binatang buas. Memelihara binatang mungkin akan bisa manambah rasa kelembutan dan kasih sayang dengan binatang. Walau saya pribadi tidak suka memelihara binatang didalam rumah.
Namun, diantara banyaknya orang yang begitu menyayangi binatang, saya pernah menjumpai orang yang begitu kejam dengan binatang. Adalah tikus. Ya, seekor tikus hitam telah mengakhiri hidupnya dengan tragis. Sore tadi, ketika saya hendak les privat kepada murid saya, saya begitu terkejut melihat peristiwa memilukan itu.  Tadi sore, saya mengendarai sepeda motor dari arah timur Perum Pendowo Asri, saya melihat seperti bola api yang sedang ditendang. Benda itu bergerak seperti berjalan dengan nyala api yang masih membara. Saya sedikit khawatir karena benda itu mendekati saya. Semakin dekat, saya begitu penasaran. Ketika melewati benda itu, saya begitu kaget, karena saya melihat seekor tikus yang dibakar hidup – hidup oleh seorang bapak dihadapan dua anak kecil lagi. Saya juga tidak suka tikus, tapi saya sangat membenci perbuatan itu. Menurut saya kok keterlaluan sekali. Bukankah bisa membunuhnya dengan memberikan  racun, atau jebakan atau cara lain yang lebih berperasaanlah. Kok ya ada ya, orang yang meniru Yahudi dalam membunuh secara sadisme?  Apalagi dilakukan di depan anak kecil yang akan selalu terekam di otak mereka. Hm, suatu  peristiwa  yang membuat saya merenung, alangkah indahnya jika kita mempunyai sifat sayang kepada sesama ciptaan Alloh.
Saya jadi teringat peristiwa dua hari yang lalu.  Di halaman sekolah saya muncul seekor kucing. Yang menjadi tidak biasa adalah kucing itu salah satu kakinya patah. Sang kucing berjalan tertatih – tatih mendekati anak – anak kami. Tak dinyana, anak-anak ternyata memiliki rasa empati yang besar. Salah satu murid saya menyodorkan daun untuk dimakan. Aneh-aneh saja,malah ada yang bilang “ Puusss, ayo dong dimakan, biar kakimu cepet sembuh yaaa”, kata mas Axel lugu. Terlepas dari daun atawa daging yang dikasih, saya rasa anak – anak telah belajar berkasih sayang dengan sesama ciptaan Alloh.
Ketika saya jalan – jalan ke lapangan tengah sawah, saya mencoba untuk menangkap capung, dan  ternyata saya bisa. Ketika hendak  kembali , capung saya ternyata banyak  peminatnya. Saya nego dengan murid-murid saya itu. “ nanti kalau ibunya nyari gimana, kan kasihan, bagaimana kalau capung ini kita lepas saja, biar bisa terbang jauh menikmati ala mini?”. Akhirnya anak – anak  setuju, dan capung itu terlepas dari tangan saya. “ Daa daaah capung, hati – hati yaa!!” anak – anak saya melepas kepergian capung bak melepas seorang yang paling dicintainya.
Ah, seandainya orang tadi membunuh tikus dengan cara yang wajar, pasti saya tak akan menulis ini. Semua ada hikmahnya.
**) masih terbayang saat si tikus menggelepar tak berdaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar