Manusia
diciptakan Alloh dengan segala potensi yang ada. Mereka diberi akal , diberi
jasad dan hati. Jika kita renungkan sejenak, tentunya manusialah yang paling
beruntung. Anda setuju bukan? Tapi, apakah keberuntungan itu akan membawa
kebaikan pula pada ciptaan Alloh lainnya? Jawabannya adalah t e r g a n t u n g. Tergantung orangnya.
Adalah
Abu Hurairoh, sang pecinta kucing. Tidak pernah lupa memberikan makanan untuk
kucing kesayangannya itu. Ada dari kita yang menyayangi binatang, dari binatang
jinak sampai binatang buas. Memelihara
binatang mungkin akan bisa manambah rasa kelembutan dan kasih sayang dengan
binatang. Walau saya pribadi tidak suka memelihara binatang didalam rumah.
Namun,
diantara banyaknya orang yang begitu menyayangi binatang, saya pernah menjumpai
orang yang begitu kejam dengan binatang. Adalah tikus. Ya, seekor tikus hitam
telah mengakhiri hidupnya dengan tragis. Sore tadi, ketika saya hendak les
privat kepada murid saya, saya begitu terkejut melihat peristiwa memilukan itu. Tadi sore, saya mengendarai sepeda motor dari
arah timur Perum Pendowo Asri, saya melihat seperti bola api yang sedang
ditendang. Benda itu bergerak seperti berjalan dengan nyala api yang masih
membara. Saya sedikit khawatir karena benda itu mendekati saya. Semakin dekat,
saya begitu penasaran. Ketika melewati benda itu, saya begitu kaget, karena
saya melihat seekor tikus yang dibakar hidup – hidup oleh seorang bapak dihadapan
dua anak kecil lagi. Saya juga tidak suka tikus, tapi saya sangat membenci
perbuatan itu. Menurut saya kok keterlaluan sekali. Bukankah bisa membunuhnya
dengan memberikan racun, atau jebakan
atau cara lain yang lebih berperasaanlah. Kok ya ada ya, orang yang meniru
Yahudi dalam membunuh secara sadisme?
Apalagi dilakukan di depan anak kecil yang akan selalu terekam di otak
mereka. Hm, suatu peristiwa yang membuat saya merenung, alangkah indahnya
jika kita mempunyai sifat sayang kepada sesama ciptaan Alloh.
Saya
jadi teringat peristiwa dua hari yang lalu. Di
halaman sekolah saya muncul seekor kucing. Yang menjadi tidak biasa adalah
kucing itu salah satu kakinya patah. Sang kucing berjalan tertatih – tatih
mendekati anak – anak kami. Tak dinyana, anak-anak ternyata memiliki rasa
empati yang besar. Salah satu murid saya menyodorkan daun untuk dimakan.
Aneh-aneh saja,malah ada yang bilang “ Puusss, ayo dong dimakan, biar kakimu
cepet sembuh yaaa”, kata mas Axel lugu. Terlepas dari daun atawa daging yang
dikasih, saya rasa anak – anak telah belajar berkasih sayang dengan sesama
ciptaan Alloh.
Ketika saya jalan –
jalan ke lapangan tengah sawah, saya mencoba untuk menangkap capung, dan ternyata saya bisa. Ketika hendak kembali , capung saya ternyata banyak peminatnya. Saya nego dengan murid-murid saya
itu. “ nanti kalau ibunya nyari gimana, kan kasihan, bagaimana kalau capung ini
kita lepas saja, biar bisa terbang jauh menikmati ala mini?”. Akhirnya anak –
anak setuju, dan capung itu terlepas
dari tangan saya. “ Daa daaah capung, hati – hati yaa!!” anak – anak saya
melepas kepergian capung bak melepas seorang yang paling dicintainya.
Ah, seandainya orang
tadi membunuh tikus dengan cara yang wajar, pasti saya tak akan menulis ini.
Semua ada hikmahnya.
**) masih terbayang saat si tikus menggelepar tak
berdaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar