Jumat, 08 Mei 2015

Aku dan penempaan ini



Tuhan…….
Aku tahu
Ketika Engkau mengujiku,
Engkau tahu aku akan bisa melewatinya
Hanya saja, aku butuh petunjukMu
Untuk mengurai benang-benang yang ruwet


Tuhan…..
Tunjukkanlah aku ke jalan yang terang
Jalan dimana aku bisa mencari simpul-simpul
Yang harus kuurai sehingga lepas..


Tuhan….
Inilah penempaanMu,
Aku terima dan aku ikhlas
Aku jalani, dan aku nikmati


Tuhan….
Terimakasih untuk setiap penempaan ini…
Aku percaya,
Engkau akan membaikkanku setelah ini

Bantul, 08 Mei 2015

Rabu, 06 Mei 2015

Pada Lelahku




Pada kelelahan yang kurasakan,aku ikhlas
Pada perihnya luka yang kurasakan,aku ikhlas
Tuhan, jika pada akhirnya airmataku tertumpah kali ini,
Hanyalah transisi untuk menguatkan diri
Dari kerapuhan yang menguatkan jiwa.

Tuhan….
Terimakasih untuk pelajaran
Yang Kau berikan hari ini,
Aku bukan siapa-siapa
Aku bukan apa-apa
Hanya sebuah raga
Yang menjalankan peran
Yang Kau berikan


Selasa, 05 Mei 2015

Jangan Kembali



Sudah usai cerita tentang kita
Tak perlu dikenang apalagi diabadikan
Biarlah hujan menghapus jejaknya
Bersih seperti sedia kala


Sudah usai cerita tentang kita
Bukankah hidup harus terus berjalan
Pun, bukankah seperti ini yang kau mau
Kenapa harus menyesali.


Sekarang,pergilah di duniamu sendiri
Dunia antara kau dan dia
Tanpa aku yang membayangimu
Tuhan pasti mengindahkan
Hari-hari kedepan
Selamat berpisah,
Selamat menapaki padng yang lebih luas dan menghijau

Jogjakarta,06 Mei 2015

Senin, 04 Mei 2015

Sekali Kau Lukai, Tak Mungkin aku Kembali



Senja telah menoreh
Lembayung dan sangat indah
Seekor burung camar mendekatiku
Mengucapkan sebuah pesan
"Kau dapat salam dari lelakimu yang dulu"
Aku terdiam, dan mencoba tersenyum
" Ia menanyakan rumahmu apakah masih sama"


Aku terdiam,dan lagi-lagi tersenyum
Lalu lirih aku menjawab
" Sekali melukai, tak mungkin aku kembali,
Biarlah aku merajut asaku yang dulu pernah terkoyak,
Biarkan aku membahagiakan diriku, dengan caraku sendiri,
Meski tanpamu, tanpa hal indah yang pernah kita lalui
 Aku dan semua kenangan yang telah ada,
Biarlah kuusaikan
Seiring dengan lembaran baru 
yang telah aku buka



Sekali Kau lukai, Tak Mungkin Aku Kembali
Jangan bertanya tentangku lagi
Jangan membuka masa lalu yang telah kututup rapat-rapat
Aku...
sudah cukup bahagia dengan kehidupanku sekarang

Kepala Sekolah yang Bijak



(Mengatasi Konfilk Secara Sempurna)

Pada suatu hari, di sebuah sekolah menengah. Saat jam istirahat, ada perkelahian antara dua murid laki-laki di kelas. Kerumunan murid pun berakhir saat seorang guru datang menengahi dan melerai mereka. Tidak lama kemudian, saat pelajaran berikutnya akan dimulai, Kepala Sekolah masuk ke kelas tersebut dan langsung menyampaikan maksud kedatangannya.

“Andika, kamu nanti datang kantor Bapak, jam 3 sore.”Seisi kelas terdiam sedangkan murid yang dimaksud seketika berwajah pucat pasi.
“Baik Pak,” ia menjawab lemah. Habis aku! Pasti akan dimarahi dan dikenai sanksi gara-gara perkelahian tadi, begitu pikir Andika.
Tepat pukul 3 sore, Andika telah ada di depan kantor dan mengetuk pintu ruangan kepala sekolah. Jantungnya berdegup keras dan tubuhnya serasa lunglai.

“Masuk!” terdengar suara dari dalam. Andika pun masuk. Dengan takut-takut, ia berdiri dekat meja kepala sekolah, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Duduklah Andika. Kamu tentu sudah bisa menebak, kenapa Bapak memanggilmu kan? Tentu berkaitan dengan perkelahianmu tadi,” kata kepala sekolah yang diikuti anggukan kepala Andika.

Lanjutnya, “Andika telah melanggar peraturan tentang tidak boleh berkelahi di dalam lingkungan sekolah, apalagi di kelas. Tetapi ada beberapa hal yang ingin bapak sampaikan berkaitan dengan kasusmu ini. Pertama, bapak senang kamu datang tepat waktu, itu menunjukkan kamu adalah anak yang disiplin.” Beliau membuka laci mejanya, mengambil sebuah permen, dan meletakkannya di meja.

“Kedua, bapak menghargai kedatanganmu saat ini. Artinya kamu menghargai bapak sebagai guru dan kepala sekolahmu. Kamu adalah anak yang berjiwa besar dan siap bertanggung jawab. Betul begitu Andika?’ Kembali Andika mengiyakan dalam diam. Beliau mengambil permen dan meletakkannya lagi di meja.
“Bapak sudah berbicara dengan guru yang melerai perkelahian dan mendengar dari beberapa temanmu. Kamu berkelahi dengan Rudi karena membela teman perempuan yang dilecehkan olehnya. Benar begitu? Bapak salut. Ini pertanda kamu adalah seorang gentleman, laki-laki sejati. Tapi ingat: berkelahi bukanlah pilihan untuk menyelesaikan masalah. Andika harus lebih bijak dan jelas, bukan dengan berkelahi seperti tadi.” Kepala sekolah meletakkan sebuah permen lagi di atas meja.

“Nah yang terakhir, karakter positif yang telah Andika tunjukkan hari ini harus dipertahankan dan dikembangkan di masa depan. Bapak yakin kamu akan berubah dan akan maju di kemudian hari. Belajar lebih baik Andika, oke?” Sambil tersenyum, beliau menambahkan satu buah permen lagi di meja dan menyodorkan permen-permen tersebut ke arah Andika. “Ambillah hadiah dan kenang-kenangan dari Bapak ini!”

Andika yang awalnya ketakutan akan mendapat hukuman, dan tidak menyangka justru mendapat “penghargaan” dari kepala sekolahnya, mengangguk mantap. “Terima kasih Pak. Saya sangat terkejut. Bapak tidak menghukum saya bahkan memuji dan menghargai saya. Saya berjanji, pasti berubah dan akan lebih rajin belajar untuk masa depan saya sendiri.”

Renungan :
Betapa pentingnya nilai budi pekerti ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Kita tahu, mereka kadang melakukan kesalahan tetapi kalau cara kita sekadar keras dengan hanya menghukum tanpa diberi pengertian yang baik, tentu akan melahirkan ketidaksehatan perkembangan mental. Antara lain, bisa menimbulkan sakit hati, dendam, kebencian,depresi, putus asa, dan sifat-sifar negatif lainnya.

Akan tetapi bila kita mampu memberikan pengertian sekaligus menanamkan budi pekerti yang baik, sekalipun ada hukuman, tetap nilainya akan berbeda. Harga diri dan kepercayaan diri anak-anak tetap terjaga dan sangat positif dalam pertumbuhan di kehidupan mereka selanjutnya.
Semoga bermanfaat.(Silahkan berbagi jika ini membawa manfaat bagi anda)

https://www.facebook.com/pendidikankarakter?fref=ts