Terkadang,
apa yang kita inginkan, tidak sesuai dengan kehendak ibu. Lalu, kita merasa ibu
tidak memihak kita, tidak mendukung kita, bahkan, kita begitu tragis :
menganggap ibu sebagai penghambat karier kita.
Sekali-kali
tidak begitu. Adakalanya seorang ibu lebih tajam firasatnya, kita yang masih
hijau, kita yang masih muda dan sering mengedepankan ego tak mampu menangkap
nasehat arifnya.
Suatu saat,
saya bersama seorang ibu dan tiga anaknya. Ibu itu sedang sakit yang serius,hingga
anak-anaknya berkumpul. Mereka berempat sedang bercengkerama di kamar tidur
ibunya. Pemandangan yang sangat langka. Barangkali, saat-saat itulah yang
sangat dirindukan seorang ibu.
Bermula
dari pembicaraan sekitar sakitnya ibu dan masalah-masalah keluarga, lalu
bersambung ke arah TPA ( Tes Peningkatan
Akademik)PNS. Ceritanya, seorang putrinya yang PNS telah termasuk yang lolos
TPA. Lima ratus orang se Indonesia. Tinggal tes TOEFL, kalau berhasil, ia
mendapatkan beasiswa S2 program BAPPENNAS. Doakan ya ummi…semoga aku bisa
lolos. Pinta putrinya.
“Ummi
selalu mendoakan kalian, anak-anakku. Dan do’a ummi sudah dikabulkan sama
Alloh. Ummi minta anak-anak ummi ada yang menjadi guru, biar pahalanya juga
mengalir ke ummi,Alloh udah kabulkan. Ummi minta anak ummi kerjanya kantoran,
sudah Alloh kabulkan. Ummi, berdo’a anak ummmi ada yang berdagang, juga sudah
Alloh kabulkan. Dalam setiap sholat, ummi selalu menyebutkan nama kalian satu
persatu”, kata ummi itu. Saya yang mendengarkan, tertegun dan mata saya mulai
memanas.saya berusaha untuk tidak menangis di situ,dan saya yakin, yang lainpun
juga pastinya begitu.
“Aku
semakin yakin, bahwa restu ibu luar biasa. Dulu ketika aku lolos ujian tertulis di STPDN, ummi tidak memberi restu.
Ketika psikotes di semarang, aku bimbang dan akhirnya aku tidak lolos. Aku
menyalahkan ummi yang tidak memberi restu waktu itu. Ummi takut karena
pendidikan di STPDN setengah militer, seperti POLWAN. Padahal, disisi fisik,
walaupun aku terkecil, aku sudah lihai naik gunung dan selalu mengikuti GTM (
Gladi Tangguh Medan, PMR ).Tapi yaitu tadi,karena tidak dapat restu,ya akhirnya
ga lolos. Tetapi ternyata hikmahnya begitu besar. Tidak beberapa lama setelah
kegagalan itu, beredar kabar bahwa ada mahasiswa STPDN yang meninggal akibat
perilaku seniornya. Ya, mahasiswa itu adalah satu angkatan seandainya aku
lolos. Itulah rahasia Alloh yang ia perlihatkan. Jadi,restu ataupun tidak ada
restu dari ibu, terkadang menurut kita tidak baik, tapi akan baik di lain
waktu”, cerita sang putri dengan berlinang.
Sayapun
tertegun, merenung dan menyimpulkan. Maka jangan bermain-main dengan restu
seorang ibu, karena bisa jadi, restu ibu adalah izin Tuhan yang dititipkan
lewat hati lembut bernama Ibu.
Jogjakarta,
Mencintaimu
Ibu…….