Senin, 05 November 2012

Aku Dan Sebuah Pintu


Menyusuri trotoar kota

Penuh panas dan berdebu

Udara menyesakkan kalbu

Kakiku yang telanjang terbakar

Oleh kerikil-kerikil tajam sepanjang jalan itu

Aku lelah dan kehausan

Sedang hujan tak kunjung datang

Peluh yang keluar karna ketergesa-gesaan tadi

Hampir membasahi bajuku yang sudah usang

Dan kulihat warna cat tembok rumahmu

Aku tersenyum, "ah, akhirnya aku sampai juga", batinku girang

Perlahan aku berjalan

Berharap agar kau ada.

Menyapaku

Dan memberi senyum yang sudah lama tak ku saksikan kau tersenyum

Tanganku bergetar mengetuk pintu rumahmu

Antara lelah dan penuh harap

Jantungku berdebar, cepat dan begitu cepat

Dua kali ku ketuk pintu pintumu

Satu dengan ketukan cinta

satu dengan ketukan rindu

Tapi tak ada suara.

Diam, sunyi dan sepi yang menyapa

Kali ini aku mengetuk pintumu dengan ketukan harap.

Sedikit keras dan sedikit lebih nyaring bunyinya.
Tiba-tiba engkau membuka pintu

Dan hanya kepalamu yang menyembul dari pintu

"Aku sedang sibuk", katamu dan menutup pintumu kembali

Aku tertunduk,dan berbalik
Berjalan dan setengah berlari.
Hingga aku benar-benar berlari, PULANG!
Menerobos diantara kerumunan orang dan riuhnya kota

Inikah jawaban atas kegelisahanku semalam?
Inikah jawaban atas kekhawatiranku kemarin?
Setetes, dua tetes akhirnya airmataku membasahi pipi
Dan lelahnya ragaku,
Dan letihnya jiwaku
Membawaku di alam mimpi
Dalam mimpi,aku bertemu dengan bidadari cantik,
Ia membawa tongkat kecil berujung tanda hati
Ia berkata: “bukankah engkau yang memulai,sayang? Rasakanlah lukanya.
Perih bukan?”
Lalu aku dipeluknya, begitu tenang, begitu damai
Hingga aku tak ingin bangun lagi…..

Jogja, saat pagiku telah hilang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar