Menyusuri trotoar kota
Penuh panas dan berdebu
Udara menyesakkan kalbu
Kakiku yang telanjang terbakar
Oleh kerikil-kerikil tajam sepanjang jalan itu
Aku lelah dan kehausan
Sedang hujan tak kunjung datang
Peluh yang keluar karna ketergesa-gesaan tadi
Hampir membasahi bajuku yang sudah usang
Dan kulihat warna cat tembok rumahmu
Aku tersenyum, "ah, akhirnya aku sampai juga", batinku girang
Perlahan aku berjalan
Berharap agar kau ada.
Menyapaku
Dan memberi senyum yang sudah lama tak ku saksikan kau tersenyum
Tanganku bergetar mengetuk pintu rumahmu
Antara lelah dan penuh harap
Jantungku berdebar, cepat dan begitu cepat
Dua kali ku ketuk pintu pintumu
Satu dengan ketukan cinta
satu dengan ketukan rindu
Tapi tak ada suara.
Diam, sunyi dan sepi yang menyapa
Kali ini aku mengetuk pintumu dengan ketukan harap.
Sedikit keras dan sedikit lebih nyaring bunyinya.
Tiba-tiba engkau membuka pintu
Dan hanya kepalamu yang menyembul dari pintu
"Aku sedang sibuk", katamu dan menutup pintumu kembali
Aku tertunduk,dan berbalik
Berjalan dan setengah berlari.
Hingga aku benar-benar berlari, PULANG!
Menerobos diantara kerumunan orang dan riuhnya kota
Inikah jawaban atas kegelisahanku semalam?
Inikah jawaban atas kekhawatiranku kemarin?
Setetes, dua tetes akhirnya airmataku membasahi pipi
Dan lelahnya ragaku,
Dan letihnya jiwaku
Membawaku di alam mimpi
Dalam mimpi,aku bertemu dengan bidadari cantik,
Ia membawa tongkat kecil berujung tanda hati
Ia berkata: “bukankah engkau yang memulai,sayang? Rasakanlah lukanya.
Perih bukan?”
Lalu aku dipeluknya, begitu tenang, begitu damai
Hingga aku tak ingin bangun lagi…..
Jogja, saat pagiku telah hilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar