Senin, 11 Juni 2012

Pipit Dan Elang


Aku dalam sepi yang termangu
Menekuri lembar-lembar kertas berwarna ungu
Lalu terdengar kepak sayap di atas dahan akasiaku
Aku terhenti, jantungku berdegup lebih cepat
Lalu ku buka jendela kamar
Dan kulihat seekor pipit bertengger diatas akasiaku
“Heyy”, sapanya dengan senyum yang manis, tapi terkesan dibuat-buat
“Hm…elang tak pernah tersenyum kepadaku, ia begitu dingin, tapi justru itu yang aku suka”,
Aku tersenyum,bukan untuknya
Tapi tersenyum mengingat elang
Yang aku pastikan sedang lelah diantara dua sayapnya
“ terbanglah bersamaku, akan kubawa kau melihat indahnya Pangandaran”, sang burung gereja menawarkan dengan santun, kalau tak ingin dikata terlalu berani.
“Aku sedang bersiap-siap ke pantai, tapi bukan pantai seperti yang kau tawarkan, tapi kesana, prigi atau pasir putih ke arah tenggara”, jawabku berhati-hati
Lalu sang pipit marah dan mengepakkan sayapnya meninggalkan akasiaku
“Aku ingin terbang jauh bersama elang
Bukan sekedar mengitari samoedra dunia
Tapi melesat jauh ke atas
 Menembus batas langit
Dan sampai kedalam indahnya syurgawi yang abadi
Bukan sebatas di dunia yang coba kau tawarkan”, lirihku
Aku tersenyum menghibur diri
Lalu, kututup jendela
Dan kutanya dalam hati
“ Elang….kapan kau akan pulang?”

Djogja, 11 Juni 2012

2 komentar:

  1. Pulang adalah kepergian dari lain-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan akan begitu terus...
      Sampai kita pulang untuk selama-lamanya
      Pulang kepada Sang pemilik kita
      Dan meninggalkan semua yang pernah kita singgahi
      Dan itu sudah menjadi kepastian

      Hapus