Aku
dalam sepi yang termangu
Menekuri
lembar-lembar kertas berwarna ungu
Lalu
terdengar kepak sayap di atas dahan akasiaku
Aku
terhenti, jantungku berdegup lebih cepat
Lalu
ku buka jendela kamar
Dan
kulihat seekor pipit bertengger diatas akasiaku
“Heyy”,
sapanya dengan senyum yang manis, tapi terkesan dibuat-buat
“Hm…elang tak pernah tersenyum kepadaku, ia
begitu dingin, tapi justru itu yang aku suka”,
Aku
tersenyum,bukan untuknya
Tapi
tersenyum mengingat elang
Yang
aku pastikan sedang lelah diantara dua sayapnya
“ terbanglah bersamaku, akan kubawa kau
melihat indahnya Pangandaran”,
sang burung gereja menawarkan dengan santun, kalau tak ingin dikata terlalu
berani.
“Aku sedang bersiap-siap ke pantai, tapi bukan
pantai seperti yang kau tawarkan, tapi kesana, prigi atau pasir putih ke arah
tenggara”, jawabku berhati-hati
Lalu
sang pipit marah dan mengepakkan sayapnya meninggalkan akasiaku
“Aku ingin terbang jauh bersama elang
Bukan sekedar mengitari samoedra dunia
Tapi melesat jauh ke atas
Menembus
batas langit
Dan sampai kedalam indahnya syurgawi yang
abadi
Bukan sebatas di dunia yang coba kau tawarkan”, lirihku
Aku
tersenyum menghibur diri
Lalu,
kututup jendela
Dan
kutanya dalam hati
“ Elang….kapan kau akan pulang?”
Djogja,
11 Juni 2012
Pulang adalah kepergian dari lain-nya
BalasHapusDan akan begitu terus...
HapusSampai kita pulang untuk selama-lamanya
Pulang kepada Sang pemilik kita
Dan meninggalkan semua yang pernah kita singgahi
Dan itu sudah menjadi kepastian